TINY LITTLE THOUGHT
Showing posts with label TINY LITTLE THOUGHT. Show all posts

Sunday, September 11, 2022

Aku Belum Jadi Orang Tua, Tapi..

Hari Sabtu, 10 September 2022, hari perayaan Festival Kue Bulan (Mooncake Festival Day). Bulan sedang penuh-penuhnya berbentuk bulat sempurna dan sedang terang-terangnya. Melihat bulan yang cantik selalu membuat hatiku hangat. Malam itu, aku sedang di jalan pulang, melewati jalan raya sekitar tengah malam, hampir pukul 12 malam. Kendaraan-kendaraan berhenti ketika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Berada tepat di barisan terdepan, aku dapat melihat jelas pertigaan jalan raya yang luas dipenuhi antrian kendaraan yang menunggu lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau. Hari memang sudah larut, tapi jalanan masih saja ramai.

Di pertigaan jalan besar itu pula, aku menemukan tiga wanita muda yang umurnya sekitar 20 tahunan sedang berharap belas kasih di masing-masing sudut lampu merah. Dua orang wanita membawa balita masing-masing berusia sekitar dua tahun, satu orang wanita membawa bayi dalam gendongannya. Yang bayi terlihat diam saja dalam gendongan si wanita. Sedangkan dua orang balita tersebut masing-masing berjalan dengan senyum mengembang di belakang wanita yang kita anggap saja ibunya. Senyum balita itu mengembang, tapi aku merasa sedih.

Aku sampai memastikan kembali bahwa waktu di malam itu betul sudah menuju ke tengah malam. Perasaannya sama seperti melihat orang yang berharap belas kasih di jalan dengan membawa bayi atau balita di siang hari terik di lampu merah. Sedih karena bayi dan balita seharusnya sedang tidur nyenyak di tengah malam itu, tapi yang terlihat malah dibawa berkeliaran di jalan pada malam hari yang dingin dan bertelanjang kaki.

Aku mungkin tidak tahu kondisi sebenarnya yang ibu mereka alami sampai harus seperti itu. Tapi yang ingin aku sampaikan pada halaman cerita hari ini adalah jika kelak kita sebagai orang tua belum bisa dan belum siap memberikan kondisi yang baik dan layak untuk anak, lebih baik tunda saja dulu niat untuk memiliki anak.

Biaya hidup dari zaman ke zaman semakin tinggi akibat inflasi. Apalagi di era pandemi yang masih belum berakhir ini. Melihat bahan bakar minyak dan harga kebutuhan pokok naik. Belum lagi isu krisis ekonomi yang kemungkinan akan melanda. Memiliki anak adalah tanggung jawab yang besar. Bukan sekadar melahirkan dan melihat mereka sedang lucu-lucunya saat bayi. Bukan hanya tanggung jawab selama 1-2 tahun.  Orang tua perlu membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, kondisi, dan pendidikan yang baik dan layak untuk anak.

Aku jadi teringat berita seorang bayi berusia 6 bulan meninggal akibat dibawa orang tuanya naik motor untuk menonton bola dari Tegal ke Surabaya. Semoga tidak ada lagi hal-hal yang seharusnya tidak perlu terjadi akibat kecerobohan orang tua.

Aku yakin, kita semua tentu ingin menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita. Jika kita ingin menjadi orang tua yang baik, tentu kita akan memberikan apapun yang terbaik dan layak untuk anak kita. Tidak boleh egois. Anak memang tidak bisa memilih di kondisi apa mereka ingin dilahirkan. Tapi sebagai orang tua, tentu kita lebih paham dan bisa berpikir lebih baik. Sekalipun sebagai orang tua yang sudah memiliki anak tidak paham dengan cara pola asuh yang baik (good parenting), zaman sekarang sudah banyak sumber terpercaya yang dapat kita jelajahi di dunia digital.

Semoga para orang tua di luar sana, bisa berpikir lebih bijak sebelum mempunyai anak.

"Apakah aku sudah siap secara mental, fisik, dan materi untuk memiliki anak?"

"Apakah aku sudah bisa memberikan yang terbaik untuk anakku sampai dia besar dan bisa mandiri sendiri nanti?"

Di akhir kata, aku tetap mengapresiasi semuanya yang sudah menjadi orang tua luar biasa untuk anak kalian apapun kondisinya. Semoga kalian selalu menjadi orang tua yang baik dan luar biasa. Terima kasih sudah selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak kalian.


 -Febriani Kho-

Friday, August 19, 2022

Tentang Menjadi Baik

Pernah tidak kamu melihat orang melakukan hal baik, lalu kamu merasa tersentuh dan berpikir:

"Kok ada orang sebaik itu?"
"Diberkatilah orang-orang baik."
"Semoga kebaikannya berbuah kembali kepadanya."
"Semoga kita selalu dikelilingi oleh orang-orang baik."

Jujur, aku orang yang mudah tersentuh dengan hal-hal baik yang dilakukan oleh orang di sekitarku, walaupun itu hanya hal kecil. Hanya dengan melihat orang memberikan tempat duduknya di busway untuk orang tua atau yang membawa anak kecil, hatiku terasa hangat. Aku mungkin tidak menampakkannya, tapi aku merasakannya. Aku pribadi yang suka mengamati detail-detail kecil yang kadang orang lain bahkan tidak sadar atau tidak memperhatikan itu. Aku tumbuh menjadi pribadi yang banyak belajar mengapresiasi hal-hal kecil sekarang.

Video tentang polisi lalu lintas di sebuah kawasan di Tiongkok, bekerja mengatur lalu lintas di tengah hujan deras tanpa payung. Lalu beberapa rakyat sekitarnya yang kebetulan lewat, memberikan payung untuk polisi tersebut.

Video tentang anak kecil di dalam mobil yang memberikan mainannya untuk anak jalanan yang sedang membersihkan kaca mobilnya, bahkan berbagi dan makan cemilan bersama di tengah lampu merah.

Video tentang bapak ojek online yang mengumpulkan uang tip dari para customernya yang baik hati, sehingga dia akhirnya bisa membelikan laptop untuk anaknya yang duduk di bangku kuliah.

Video tentang para fans yang mengumpulkan donasi lalu menyalurkannya berupa bantuan untuk orang-orang yang membutuhkan dalam rangka merayakan ulang tahun idolanya.

Cerita tentang para pecinta kucing yang suka membawa makanan kucing di tas mereka dan memberikannya kepada kucing-kucing jalanan yang mereka temui.

Dan masih banyak hal-hal baik lainnya yang dilakukan oleh orang-orang baik yang tidak terekam kamera, atau tidak diketahui orang.

Melihat banyak orang baik di sekitarku, aku pun jadi selalu berusaha untuk melakukan hal-hal baik yang mungkin bisa meringankan beban, menyenangkan orang lain, atau sekadar menghargai hasil kerja orang lain. Bisa dimulai dari hal kecil seperti: setelah makan di restoran, piring kotor dikumpulkan di tengah meja. Atau setelah ngopi di kafe dengan gelas sekali pakai yang langsung dibuang ke tempat sampah sehingga meja tetap bersih untuk pengunjung berikutnya. Atau ucapan terima kasih untuk OB di toilet umum/mall.

Bukan perkara, "Kan sudah ada karyawan yang memang dibayar untuk membersihkan." Tapi sebuah perasaan empati untuk menghargai orang lain yang bahkan tidak memakan banyak waktu dan tenaga kita. Ada sebuah kesenangan tersendiri ketika aku melihat orang lain senang karena aku.

Menurut kita, itu mungkin hanya hal kecil, tapi bisa berarti besar bagi orang lain. Sebuah ucapan terima kasih yang mungkin menyenangkan hati si karyawan di hari itu karena dia merasa dihargai.

Rasa empati di zaman sekarang agak susah ditumbuhkan.
Terkadang orang tidak mau mencoba untuk mengenakan sepatu orang lain.
"Bagaimana rasanya jika aku di posisi dia dan aku diperlakukan (tidak baik) seperti itu?"

Karena itu, aku berharap kamu yang sudah memilih menjadi baik akan tetap memilih menjadi baik. Walaupun mungkin kamu tidak merasakan sebaliknya dari orang lain, tapi karma baikmu akan berbuah suatu hari nanti.

Seandainya pun di sebuah kondisi atau situasi tertentu, kamu terpaksa tidak bisa menjadi baik, setidaknya kamu bisa menahan diri untuk memilih diam daripada berbuat hal tidak baik yang memberikan kesulitan untuk orang lain.

Orang lain mungkin tidak melihat, tapi Tuhan Maha Melihat.

Sesuatu yang dimulai dengan niat baik dan cinta kasih, tentu akan menghasilkan sesuatu yang baik juga.

Jangan berhenti untuk menjadi baik di setiap kesempatan.


 -Febriani Kho-

Monday, November 21, 2016

Be Grateful



Beautiful crowded, they said.
  
I was standing behind my office's window on the third floor to enjoy the view like usual (I often do it). That midday was the different midday than usual. There were too many birds in one circle, flying like they were scared. They were flying nowhere, they just flied back and forth to that place again, and again. I know, something didn't seem right. Usually, there are only some of birds (like one to three) that flying a while in the sky.

Maybe, some of people have ever thought "How lucky you are for being a bird. You are free, you can fly to everywhere no matter how high and how far you want."

But then, a little bird flied near my sight, she stepped a side, sat on a branch of tree. "Who says that being a bird is lucky?" she chirped. "Being human is luckier than we are. You, human, don't know how worry and scared we are, when the heavy rain suddenly comes down. Or when a big bird try to eat us. Or when the forest we are living is burnt," she continued.

"You only need to be grateful about your life, friend. To be born as human is the luckiest because human has a lot advantages and capability. Don't wish to have a life like others. It could be the others want to have your life, instead. Your life seems happier without you realize", she continued again.

"Yes, you are happier if you stop complaining and comparing your life with others." Her chirping ended and she backed flying with her friends.

And I was not wrong, something didn't seem right. Right away, in the afternoon, the rain came down really heavy along with lightning and thunder. I hope the flock of birds are always safe.


(Repost from what I posted on instagram on September 9th,2016)

 -Febriani Kho-

Wednesday, February 17, 2016

Be-You-Tiful


Hello February, my month! ❤
I'm happy! Because finally... I have my birthday date this February! Guess when?
Wohooo~ (⁎⚈᷀᷁▿⚈᷀᷁⁎) *let's dance*

Satu bulan di tahun 2016 udah berlalu. So, how is your 2016 so far? Mine is good and very positive. Aku merasa ringan sekali memulai tahun 2016 ini. Aku belajar menjadi pribadi yang lebih positif dari tahun-tahun sebelumnya, baik dalam pikiran maupun aktivitas. Banyak waktu yang aku sia-siakan untuk ber-negative thinking dan terlalu mikirin kata orang sebelumnya.

Ketika pergantian tahun ke 2016 ini, aku udah bertekad sama diri aku sendiri kalau aku nggak boleh begitu terus. Aku nggak boleh terlalu mikirin kata orang dan ber-negative thinking. Well, tapi bukan berarti cuek sama sekali juga loh ya. I mean, kita bisa sortir kok komentar-komentar orang dalam hidup kita. Komentar positif bisa dijadikan motivasi dan semangat dalam hidup. Nah kalau komentar negatif malah bikin kita down, ya ngapain dipikirin kan? Toh kita jadi nggak bahagia juga.

Kenapa aku mikir begitu?

Sunday, November 15, 2015

Hello Happiness (Part 3)



Hello guys! ヾ(^∇^)

Tulisan kali ini masih tentang Hello Happiness, melanjutkan postingan sebelumnya. Kali ini kita masuk ke part terakhir. Buat yang belum baca part 1 dan 2, bisa klik di bawah ini ya.


Jujur, aku senang sekali dapat berbagi  tulisan seperti ini. Senang bisa berbagi sama semuanya yang membaca blog aku. Semoga postingan-postinganku tentang Hello Happiness ini dapat bermanfaat buat kalian, sehingga mengubah cara pandang dan cara pikir kalian tentang hidup yang well… kadang agak rumit ini. (๑•́ ₃ •̀๑) Walaupun tulisanku yang membahas tentang talkshow ini agak telat, secara talkshownya udah dari bulan Maret dan baru aku tulis di bulan September November ini. But… lebih baik telat daripada ga sama sekali ya. (ノ∀`●)⊃ Hihi

Oh iya, mungkin kebanyakan dari kalian berpikir karena pembicaranya adalah seorang Buddhist berarti yang datang Buddhist semua. No.. No.. Kalian salah. Karena, dengan latar belakang agama yang berbeda semua datang ke acara talkshow ini. Ada yang muslim, kristiani dan lain-lain. And they all enjoyed the talkshow. I even spotted Cici Panda there. (⁎⚈᷀᷁▿⚈᷀᷁⁎) Hehe

Okay, lanjut! ᕕ( ᐛ )ᕗ

Kisah ketiga ini agak horror *pura-puranya*, sewaktu Bhante Ajahn Brahm membagikan kisah yang ini, beliau iseng minta panitia mematikan lampu-lampu ruangan. Katanya biar lebih seru . Haha. Ga semua lampu sih yang dimatikan. Kalau semuanya dimatikan, nanti yang duduk di sampingku juga ga kelihatan, horror beneran. ( ⚆ _ ⚆ ) Beberapa lampu dimatikan sehingga ruangan lebih gelap dari sebelumnya. Penonton menjadi lebih hening. Dan… ceritanya dimulai!


Cerita #3 Awal Dari Ketakutan


Friday, September 18, 2015

Hello Happiness (Part 2)

Hello guys~! ヾ(^∇^)

Aku mau melanjutkan tulisanku tentang talkshow "Hello Happiness" sebelumnya. Kita lanjut ke part 2 ya. Bagi kalian yang belum baca part 1, bisa klik di sini "Hello Happiness (Part 1)".


Apakah kamu bahagia?
Jika iya, tetap lakukan apapun yang kamu sedang lakukan.
Jika tidak, ubah sesuatu yang bisa membuatmu bahagia jika kamu memang ingin bahagia.

Terkadang kita bingung menjawab pertanyaan seperti ini, "Apakah kamu bahagia?". Yang kemudian membuat diri kita berpikir mencari jawaban sebenarnya, "Aku bahagia atau tidak ya sekarang?". Jadiii..... (୨୧ ❛ᴗ❛)✧ aku mau bagikan kisah pencerahan berikutnya. Kisah kedua ini adalah kisah favorit aku. Setelah mendengar kisah ini, aku langsung berpikir "Ah iya juga ya, jadi selama ini aku.... (-‸ლ)".

Daripada penasaran, yuk langsung disimak saja. ☜(⌒▽⌒)☞ 

Wednesday, September 16, 2015

Hello Happiness (Part 1)

Hello guys~! ヾ(^∇^)

Ingat tidak, tanggal 29 Maret 2015, aku menghadiri acara talkshow dengan tema “Hello Happiness” yang mendatangkan narasumber sang penulis buku-buku best seller, salah satunya adalah serial “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”. Yup! Beliau adalah Bhante Ajahn Brahm.


Buku terbaru yang diluncurkan pada saat talkshow. Sesuai dengan tema talkshow-nya "Hello Happiness". Aku akan buat review bukunya di postingan berikutnya ya.
© Febriani Kho's Blog
Maira Gall